Filsafat dan agama, awalnya saya mengira kedua hal tersebut adalah dua hal yang dapat dipadukan, tetapi terkadang juga menjadi lawan. Terkadang agama seseorang dapat goyah ketika mendapat kesulitan/ kesesatan dalam mempelajari filsafat. Tetapi terkadang juga pemikiran-pemikiran tersebut malah memperkuat keyakinan kepada Sang pencipta. Namun Setelah mendengar rekaman pembicaraan Ibu Saras Dewi mengenai filsafat dan agama, pendapat saya pun semakin kuat, sesuai pendapat Dewi (2012) sebelum mendapatkan sebuah kebenaran, seseorang dapat sering mendapatkan masalah-masalah dan kesesatan dalam berpikir. Kesesatan tersebut yang akan dijadikan sebuah tolak ukur untuk mencari metode baru atau cara baru untuk mendapat jalan yang lebih benar.
Mari berbasis terhadap teori, agama berasal dari bahasa Sansekerta agam artinya doktrin atau dogma, sedangakan dalam bahasa Inggris religion berasal dari bahasa Latin religionem yang berarti kepatuhan atau ketundukkan pada sesuatu yang sakral. Sedangkan filsafat berasal dari dua kata dalam bahasa Latin filia yang berarti kecintaan dan sofia yang berarti kebijaksanaan, secara umum diartikan sebagai kecintaan manusia pada kebijaksanaan dan untuk terus berpikir kritis. Menurut saya agama adalah sebuah kepercayaan, agama tidak bersifat doktrin ataupun memaksa yang berdasarkan dialog seseorang. Agama itu sendiri diciptakan berdasarkan nalar dan akal yang diyakini oleh manusia dan dialog yang berisikan doktrin merupakan berasal dari nalar manusia sehingga tidak mungkin agama tercipta dari sebuah doktrin. Sedangkan filsafat adalah timbul berdasarkan pemikiran pemikiran manusia yang terus berkembang. Manusia selalu ingin berusaha menemukan sebuah titik terang dalam menghadapi masalah agama yang terjadi. Disini dapat kita lihat perbedaan yang membuat keduanya tidak bisa dipadukan. Seseorang yang patuh pada penciptanya mungkin tidak akan mencoba untuk mempertanyakan siapa Sang pencipta yang sebenarnya dan membahas-Nya yang akan berakibat pada meragukan-Nya. Dengan berpikir secara bebas, hal itu malah akan menimbulkan kebingungan-kebingungan pikiran dan cukup sulit untuk dicari kebenarannya. Walau terkadang kita ketahui bahwa kedua hal tersebut terkadang bertentangan, namun kita masih bisa membahasnya lebih dalam. Maka dari itu saya akan mendeskripsikan bagaimana kepercayaan dan mengapa saya percaya terhadap Tuhan dan bagaimana cara saya menggambarkan Tuhan pada kehidupan saya. Menurut Dewi (2012) terdapat banyak motif mengapa orang beragama, salah satunya adalah untuk memahami hidup yang didasari pada rasa kebenaran pada individu. Melalui agama manusia berusaha memahami arti hidupnya dan apa yang terjadi dalam hidupnya. Orang-orang masa lalu percaya bahwa agama itu hanya mitos dan belum dapat dibuktikan kebenarannya. Salah satu contohnya yaitu munculnya orang ateis yang menyebarluaskan bahwa agama itu mitos dan merupakan kebodohan. Ia adalah Richards Dockins, salah satu karyanya yaitu “Delusi tentang Tuhan” yang berisi mengenai penolakan terhadap agama. Menurutnya juga, kita dapat menyaksikan keindahan dunia tanpa harus mengetahui siapa penciptanya (Tuhan). Menurut saya, hal itu tidak benar, dengan memiliki agama, seseorang dapat memahami tujuan hidupnya, orang tersebut akan dapat memahami mengapa ia harus hidup. Dengan agama juga seseorang diketahui bagaimana cara orang tersebut mempertahankan kepercayaan yang ia telah yakini. Sampai sekarang memang belum ada yang membuktikan bahwa memiliki agama itu salah, tetapi sebenarnya yang salah adalah orang yang menyalahi aturan dan berbuat sewenang-wenang kemudian mengatasnamakan agama.
Saya dilahirkan dengan agama Hindu Dharma. Tujuan hidup saya adalah menyatu dengan Tuhan dan lepas dari ikatan keduniawian. Walaupun saya percaya dengan adanya reinkarnasi, tetapi dengan menjalani hal tersebut mengartikan bahwa tujuan agama belum dapat tercapai. Agama Hindu hidup juga memiliki beberapa kewajiban hidup. Salah satunya adalah Yadnya, yaitu kurban suci yang tulus ikhlas yang dilakukan kepada Tuhan, Orang tua, Rsi (Penyebar agama), Roh leluhur, sesama manusia maupun Bhuta Kala (Roh jahat). Salah satu cara yang dilakukan kepada Tuhan yaitu dengan sembahyang sebanyak tiga kali sehari yang berisikan ucapan syukur atas kehidupan yang kita peroleh dan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Dengan melaksanakan kewajiban tersebut saya berharap saya dapat semakin dekat dan merasakan keberadaan Tuhan di sekitar saya. Sejak dahulu saya yakin bahwa Tuhan itu sebenarnya ada, ada dimana-mana. Hingga sekarang saat saya dewasa saya pun dapat merasakan bahwa Tuhan itu memang ada. Tuhan yang memberikan jalan hidup kepada saya dan saya yang menentukan kehidupan saya akan berjalan ke arah yang mana. Hingga pada sekarang ini saya dapat berkuliah tanpa membebani orang tua pun karena Tuhan telah memberikan jalan yang terbaik untuk hidup saya. Mengapa saya percaya kepada Tuhan merupakan sebuah ketergantungan, semakin saya percaya bahwa Tuhan tersebut memang ada maka semakin juga saya ingat atas apa yang saya percayai, apa yang saya anggap itu salah dan benar. Tuhan tidak akan marah atas apa yang kita lakukan tetapi saya percaya karmaphala yang berarti perbuatan sekecil apapun itu akan berbuah pada nantinya.
Salah satu cara saya bagaikan memunculkan keberadaan Tuhan dalam hidup saya yaitu dengan sembahyang, dengan meminta doa, saya akan semakin terfokus dalam berkomunikasi dengan Tuhan sambil mengucap syukur dan saya semakin sadar akan kesalahan yang telah saya perbuat. Dalam agama Hindu, Tuhan dapat tergambarkan dengan berbagai macam rangkaian patung yang ada di Pura. Agama hindu tidak menyembah batu atau benda mati. Patung yang kita sembah diciptakan oleh manusia yang digunakan untuk mempermudah kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan. Tuhan selalu memperhatikan umat-Nya, ketika saya melakukan kebaikan/keburukan, maka di saat itulah Tuhan menunjukkan dirinya kepada saya, dengan memberikan nasihat kepada saya agar sesuai dengan ajaran-Nya. mengenai kebaikan dan keburukan yang mungkin terjadi .Semakin saya mendekatkan diri kepada Tuhan maka semakin juga Tuhan menunjukkan karunia-Nya kepada saya. Salah satu karunia-Nya merupakan lahirnya adik perempuan saya yang sudah didambakan oleh orang tua sejak dahulu. Tidak lupa saya juga mengucapkan syukur atas apa yang saya peroleh.