Pastinya kalian punya kisah inspiratif dalam diri kalian, ini adalah contoh kisah inspiratif dalam diri saya.
Cerita ini dimulai pada saat saya kelas tiga sma pada semester akhir, dimana saya harus menghadapi UN, menghadapi SNMPTN. saya sangat bersyukur saya dapat kesempatan SNMPTN atas usaha saya selama ini pada semester sebelumnya. Bahkan saya mendapatkan bidik misi dan saya sangat senang karena tidak perlu membayar biaya pendaftaran. Saya berencana meletakan IPB di pilihan pertama dan UNJ di pilihan kedua, karena saya pikir sekolah saya sudah mendapat kepercayaan dari kampus tersebut sehingga kesempatan saya menjadi lebih besar untuk lolos. Orang tua saya memang setuju dimanapun saya kuliah asalkan kampus itu memang minat saya. Saat itu saya juga ingin masuk STAN karena memang lulusannya terpercaya, bahkan memiliki ikatan dinas. saya sering mengikuti pelatihan STAN tersebut dan saya terlihat lebih unggul dibanding yang lain saat try out. Tetapi di lain sisi saya juga ingin menjadi guru, guru matematika. Saya sangat menyukai pelajaran itu sejak saya SD, terlihat bahwa nilai matematika saya memang unggul diantara yang lain. Sampai beranjak ke SMP saya masih menyukai matematika, bahkan saya ditugaskan menjadi asisten guru matematika di SMP saya. Saya melihat teman-teman saya banyak yang tidak bisa bahkan tidak menyukai pelajaran matematika. Saat UN, nilai matematika saya sempurna, keingininan menjadi guru matematika pun semakin kuat.
Beranjak ke dunia SMA, saat kelas satu nilai matematika saya tetap bagus dan memang gurunya menyenangkan. Tetapi entah mengapa pada saat kelas dua SMA nilai saya menurun drastis, ada yang remidial. Saya sangat kesal sekali waktu itu, entah mengapa kelas dua saya banyak sekali membuang-buang waktu belajar hanya untuk bermain bersama teman-teman saya. Setelah saya teliti lagi ternyata memang guru itu tidak menyenangkan dan kurang meningkatkan minat siswanya untuk belajar. Saya tidak suka guru yang lemah lembut bahkan terkadang terlihat tugasnya hanya mengajar saja tetapi tidak membuat siswa menjadi mengerti.
Saat kelas tiga SMA, saya bangkit lagi dari keterpurukan tersebut, saya mulai rajin belajar, mengikuti les dan kebetulan saat itu pacar baru saya adalah jurusan IPA juga sehingga kami dapat belajar bersama. Saat itu banyak sekali kegiatan try out, expo kampus. Kebetulan ada acara "Bedah kampus UI" dan banyak teman saya yang berpendapat kampus UI itu nomor satu. Di pintu masuk antrian saya melihat ribuan orang mengantri bahkan ada yang datang jauh dari pulau lain seperti sumatra hanya untuk mengikuti bedah kampus tersebut. Saya melihat jurusan ilmu komputer, disana saya menjadi tertarik dan ingin masuk lulusan tersebut karena saya memang suka memiliki bakat dalam komputer dan terkadang teman saya bertanya tenang masalah komputer kepada saya. Saya membayangkan lulusan kampus nomor satu itu adalah terpercaya dan mudah untuk mencari pekerjaan.
Teman saya saat itu melihat lembar pmdk yang saya isi dan dia berkata "ngapain sih lu put ngambil IPB? Ga banget, lu pengen masuk UI kan? Yaudah masuk UI aja gue yakin lu pasti bisa" teman dan pacar saya berkata begitu. Sungguh galau rasanya saya waktu itu, bahkan setelah ayah saya mencari info tentang kampus IPB, dia berkata"Kamu mau masuk IPB? Gak mutu itu ka, entar kamu jurusan apa tapi malah kerjanya di bank. Liat tuh temen bapak kerjanya di jurusan kedokteran hewan, jadi apa coba kerjaannya?". Saya juga mengetahui ada universitas keguruan yang lebih bagus dibanding UNJ, yaitu UPI, kebetulan UPI ada di bandung jadi saya lebih dekat dengan pacar saya. Akhirnya dengan nekat saya mengganti pilihan yaitu UI di pilihan pertama dan UPI di pilihan kedua. Setelah UN Saya mengikuti lembaga bimbingan alumni UI agar bisa masuk UI. Setelah beberapa bulan berlalu saya menunggu, hasil SNMPTN undangan pun keluar. Tiap hari saya berdoa agar saya lolos dan saat saya buka hasilnya, ternyata terpampang tulisan merah "maaf anda tidak lolos SNMPTN tahun ini". Saya sangat kesal sekali, dada saya bagaikan dipukul. Saya sempat putus asa sejenak, ternyata usaha selama ini belum maksimal. Saya juga mendengar bahwa jika tidak lulus pilihan pertama di UI maka otomatis pilihan kedua akan gagal.
Pada kesempatan di SNMTPN tulis ini saya sungguh belajar giat dan tetap semangat. Saya memilih UPI dan UNJ. Setiap hari saya belajar demi meneruskan sekolah saya. Setelah satu bulan akhirnya pengumuman pun keluar. Karena saat itu saya tidak punya modem jadi saya pergi ke rumah teman untuk membuka pengumuman. Jantung saya berdebar-debar saat itu, setelah menekan tombol enter, terpampang tulisan merah itu lagi. Ternyata saya gagal, sungguh cobaan yang sangat berat. Saya juga mencoba SIMAK-UI dan PENMABA UNJ namun tetap gagal. Pikiran saya sungguh kacau waktu itu. Pacar saya dapat di S1 Ilmu komunikasi Unpad jalur SNMPTN dan membuat saya jadi minder. Ayah saya bukan menyemangati saya dan malah beliau mulai meremehkan kemampuan saya. Entah berapa uang yang sudah dikeluaran.
Akhirnya pilihan saya tinggal STAN, SSE, dan universitas swasta lain. Saya ternyata lolos di seleksi dokumen SSE, saya sempat ragu untuk daftar ulang karena kemampuan bahasa inggris saya yang kurang. Akhirnya teman saya meyakinkan diri saya . Saat tes selama tiga hari itu, sungguh perjuangan yang cukup melelahkan sampai-sampai saat setelah selesai membuat presentasi untuk peer teaching test, LED laptop saya pecah. Akhirnya di pagi hari dengan wajah penuh kecemasan saya terburu-buru membuat presentasi yang sederhana dan apa adanya. Setelah pengumuman selesai, akhirnya doa-doa dan usaha selama ini dijawab oleh Tuhan. Ternyata saya ditakdirkan untuk masuk SSE. Keinginan saya untuk berkuliah tanpa membebani orang tua pun terkabul. Ayah saya bangga sekali kepada saya.
Pelajaran yang saya dapat adalah dibalik semua kegagalan yang gelap dan suram itu pasti ada setitik cahaya keberhasilan yang datang. Di dunia ini memang banyak orang yang pintar tetapi tidak banyak orang yang dapat meraih sebuah pencapaian karena terkadang mereka melebihi batas kemampuan pikirnya itu. Ternyata saya ditakdirkan untuk menjadi seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Saya juga mendengar perkataan guru seni saat school observation kemarin, "kamu harus usaha keras, bukan kamu yang akan menjadi pekerjaan, tetapi pekerjaan yang akan datang padamu" dari sana saya mendapat pencerahan bahwa saya harus memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Atas usaha saya selama ini mungkin ditakdirkan untuk menjadi seorang guru, guru di masa depan.
Kalau terlihat bagus tolong di like. Kalau dirasa menyinggung, mohon dimaafkan karena memang saya masih awam dalam hal menulis.
Cerita ini dimulai pada saat saya kelas tiga sma pada semester akhir, dimana saya harus menghadapi UN, menghadapi SNMPTN. saya sangat bersyukur saya dapat kesempatan SNMPTN atas usaha saya selama ini pada semester sebelumnya. Bahkan saya mendapatkan bidik misi dan saya sangat senang karena tidak perlu membayar biaya pendaftaran. Saya berencana meletakan IPB di pilihan pertama dan UNJ di pilihan kedua, karena saya pikir sekolah saya sudah mendapat kepercayaan dari kampus tersebut sehingga kesempatan saya menjadi lebih besar untuk lolos. Orang tua saya memang setuju dimanapun saya kuliah asalkan kampus itu memang minat saya. Saat itu saya juga ingin masuk STAN karena memang lulusannya terpercaya, bahkan memiliki ikatan dinas. saya sering mengikuti pelatihan STAN tersebut dan saya terlihat lebih unggul dibanding yang lain saat try out. Tetapi di lain sisi saya juga ingin menjadi guru, guru matematika. Saya sangat menyukai pelajaran itu sejak saya SD, terlihat bahwa nilai matematika saya memang unggul diantara yang lain. Sampai beranjak ke SMP saya masih menyukai matematika, bahkan saya ditugaskan menjadi asisten guru matematika di SMP saya. Saya melihat teman-teman saya banyak yang tidak bisa bahkan tidak menyukai pelajaran matematika. Saat UN, nilai matematika saya sempurna, keingininan menjadi guru matematika pun semakin kuat.
Beranjak ke dunia SMA, saat kelas satu nilai matematika saya tetap bagus dan memang gurunya menyenangkan. Tetapi entah mengapa pada saat kelas dua SMA nilai saya menurun drastis, ada yang remidial. Saya sangat kesal sekali waktu itu, entah mengapa kelas dua saya banyak sekali membuang-buang waktu belajar hanya untuk bermain bersama teman-teman saya. Setelah saya teliti lagi ternyata memang guru itu tidak menyenangkan dan kurang meningkatkan minat siswanya untuk belajar. Saya tidak suka guru yang lemah lembut bahkan terkadang terlihat tugasnya hanya mengajar saja tetapi tidak membuat siswa menjadi mengerti.
Saat kelas tiga SMA, saya bangkit lagi dari keterpurukan tersebut, saya mulai rajin belajar, mengikuti les dan kebetulan saat itu pacar baru saya adalah jurusan IPA juga sehingga kami dapat belajar bersama. Saat itu banyak sekali kegiatan try out, expo kampus. Kebetulan ada acara "Bedah kampus UI" dan banyak teman saya yang berpendapat kampus UI itu nomor satu. Di pintu masuk antrian saya melihat ribuan orang mengantri bahkan ada yang datang jauh dari pulau lain seperti sumatra hanya untuk mengikuti bedah kampus tersebut. Saya melihat jurusan ilmu komputer, disana saya menjadi tertarik dan ingin masuk lulusan tersebut karena saya memang suka memiliki bakat dalam komputer dan terkadang teman saya bertanya tenang masalah komputer kepada saya. Saya membayangkan lulusan kampus nomor satu itu adalah terpercaya dan mudah untuk mencari pekerjaan.
Teman saya saat itu melihat lembar pmdk yang saya isi dan dia berkata "ngapain sih lu put ngambil IPB? Ga banget, lu pengen masuk UI kan? Yaudah masuk UI aja gue yakin lu pasti bisa" teman dan pacar saya berkata begitu. Sungguh galau rasanya saya waktu itu, bahkan setelah ayah saya mencari info tentang kampus IPB, dia berkata"Kamu mau masuk IPB? Gak mutu itu ka, entar kamu jurusan apa tapi malah kerjanya di bank. Liat tuh temen bapak kerjanya di jurusan kedokteran hewan, jadi apa coba kerjaannya?". Saya juga mengetahui ada universitas keguruan yang lebih bagus dibanding UNJ, yaitu UPI, kebetulan UPI ada di bandung jadi saya lebih dekat dengan pacar saya. Akhirnya dengan nekat saya mengganti pilihan yaitu UI di pilihan pertama dan UPI di pilihan kedua. Setelah UN Saya mengikuti lembaga bimbingan alumni UI agar bisa masuk UI. Setelah beberapa bulan berlalu saya menunggu, hasil SNMPTN undangan pun keluar. Tiap hari saya berdoa agar saya lolos dan saat saya buka hasilnya, ternyata terpampang tulisan merah "maaf anda tidak lolos SNMPTN tahun ini". Saya sangat kesal sekali, dada saya bagaikan dipukul. Saya sempat putus asa sejenak, ternyata usaha selama ini belum maksimal. Saya juga mendengar bahwa jika tidak lulus pilihan pertama di UI maka otomatis pilihan kedua akan gagal.
Pada kesempatan di SNMTPN tulis ini saya sungguh belajar giat dan tetap semangat. Saya memilih UPI dan UNJ. Setiap hari saya belajar demi meneruskan sekolah saya. Setelah satu bulan akhirnya pengumuman pun keluar. Karena saat itu saya tidak punya modem jadi saya pergi ke rumah teman untuk membuka pengumuman. Jantung saya berdebar-debar saat itu, setelah menekan tombol enter, terpampang tulisan merah itu lagi. Ternyata saya gagal, sungguh cobaan yang sangat berat. Saya juga mencoba SIMAK-UI dan PENMABA UNJ namun tetap gagal. Pikiran saya sungguh kacau waktu itu. Pacar saya dapat di S1 Ilmu komunikasi Unpad jalur SNMPTN dan membuat saya jadi minder. Ayah saya bukan menyemangati saya dan malah beliau mulai meremehkan kemampuan saya. Entah berapa uang yang sudah dikeluaran.
Akhirnya pilihan saya tinggal STAN, SSE, dan universitas swasta lain. Saya ternyata lolos di seleksi dokumen SSE, saya sempat ragu untuk daftar ulang karena kemampuan bahasa inggris saya yang kurang. Akhirnya teman saya meyakinkan diri saya . Saat tes selama tiga hari itu, sungguh perjuangan yang cukup melelahkan sampai-sampai saat setelah selesai membuat presentasi untuk peer teaching test, LED laptop saya pecah. Akhirnya di pagi hari dengan wajah penuh kecemasan saya terburu-buru membuat presentasi yang sederhana dan apa adanya. Setelah pengumuman selesai, akhirnya doa-doa dan usaha selama ini dijawab oleh Tuhan. Ternyata saya ditakdirkan untuk masuk SSE. Keinginan saya untuk berkuliah tanpa membebani orang tua pun terkabul. Ayah saya bangga sekali kepada saya.
Pelajaran yang saya dapat adalah dibalik semua kegagalan yang gelap dan suram itu pasti ada setitik cahaya keberhasilan yang datang. Di dunia ini memang banyak orang yang pintar tetapi tidak banyak orang yang dapat meraih sebuah pencapaian karena terkadang mereka melebihi batas kemampuan pikirnya itu. Ternyata saya ditakdirkan untuk menjadi seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Saya juga mendengar perkataan guru seni saat school observation kemarin, "kamu harus usaha keras, bukan kamu yang akan menjadi pekerjaan, tetapi pekerjaan yang akan datang padamu" dari sana saya mendapat pencerahan bahwa saya harus memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Atas usaha saya selama ini mungkin ditakdirkan untuk menjadi seorang guru, guru di masa depan.
Kalau terlihat bagus tolong di like. Kalau dirasa menyinggung, mohon dimaafkan karena memang saya masih awam dalam hal menulis.